Laman

30 Okt 2011

Tak Selalu Bagus

Keringat, air mata dan darah...
Semuanya saya kucurkan bersama-sama dengan teman-teman satu angkatan saya di STIS saat melakukan penyusunan skripsi. Tetapi tak semua dari kami mendapatkan hasil yang sama...

Telah lama sekali saya ingin menuangkan perasaan ini ke dalam tulisan... Saya lupa tepatnya tanggal berapa, tapi hari itu adalah hari dimana saya dan teman-teman saya melakukan pengukuran toga untuk wisuda. Yah, senang sekali rasanya karena tahu tak lama lagi kami akan segera di wisuda. Tapi ternyata hari itu bukanlah hari yang menyenangkan bagi tiga orang teman saya.. Saat itu kami semua selesai melakukan pengukuran toga. Saya tahu ada tiga orang teman saya yang dipanggil pihak kampus terkait masalah skripsi, walau tidak tahu kenapa mereka dipanggil, tapi sepertinya ada sesuatu yang tidak bagus terjadi pada mereka.. Karena khawatir akan kondisi mereka, saya dan teman-teman yang lain pun berinisiatif menunggu mereka...

Sekita pukul 15.30 dua dari tiga orang teman saya yang dipanggil tadi keluar dari pintu parkir gedung kampus.  Dan yang terjadi adalah..., mereka divonis gagal dalam skripsi dan harus mengulang satu tahun kuliah lagi.. 

Saya benar-benar tidak tahu harus bagaiman. Saat itu saya menghadapi dua orang teman wanita saya yang di vonis gagal dalam ujian skripsinya yang mana keduanya adalah teman akrab saya di kampus. Yang satu tak sanggup lagi melangkah dan menangis menjadi-jadi di depan gerbang kampus, sedangkan  yang satunya diam dan terus berjalan menuju kontrakannya.. Dan saya hanya bisa diam.. bingung, siapa yang harus saya tenangkan? apa kata yang tepat? memberi wejangan, melawak biar terhibur atau memberi semangat?? pertolongan seperti apa yang bisa saya lakukan??

Saya ceritakan masalah ini pada keluarga saya, bahkan ibu saya sendiri menangis mendengarnya.. Membayangkan betapa sulit ujian yang harus dihadapi teman-teman saya.. Mengingat betapa mereka ingin membahagiakan orang tua mereka.. Dan melihat apa yang mereka dapat bukanlah hasil yang adil dilihat dari kerja keras mereka... Sakit-sakitan, stress, dan ketakutan menjadi imbas dari kejadian itu...

Terlalu egois saat kita memikirkan "untung saya selamat", disaat ada teman kita yang tidak "selamat".. Walau memang di dalam hati saya bersyukur akan yang saya dapatkan.. Jujur saya katakan, saya benar-benar masih ingin menikmati bangku kuliah. Apapun yang orang katakan, tapi  batin saya siap bila saya diputuskan untuk mengulang di tahun depan. Saya senang kondisi perkuliahan, menuntut ilmu.. berdiskusi tentang pengetahuan.. dan tentu ada ambisi lain yang belum tercapai selama saya menjadi mahasiswa tapi saya ingin menggapainya... Tapi terlepas ambisi tersebut, saya tahu orang tua saya pasti tidak siap dan tidak menginginkan itu.. Karena itulah saya berusaha untuk lulus...

"Itu semua adalah yang terbaik yang diberikan Tuhan untukmu", "Semua pasti ada hikmahnya"..
Ya ya ya.. mungkin kita telah bosan mendengar kata-kata itu, semua orang sudah tahu itu.. Tapi kata-kata tersebutlah kata-kata yang ditanamkan oleh ibu saya saat kami sekeluarga menunggu ayah saya terbaring sekarat di ruang ICCU... Dan hingga saat ini, kata-kata itulah yang selalu saya tanamkan baik-baik di kepala saya saat saya mendapatkan masalah. Karena hampir semua masalah yang saya alami, memang mendatangkan sebuah cerita indah yang telah dirancang oleh Tuhan kepada saya..